Dari Purgatory ke Sicklose: Eksplorasi Konflik Agraria dalam Monolog
Ditulis: Aldi Muheldi
- MENGENAI LAB INDONESIANA: DAPUR LTC
Beberapa bulan kemarin tepatnya pada bulan Juni dan Agustus hingga September, beberapa Anggota Teater AiR Jambi mendapatkan kesempatan untuk mengikuti Program Dapur LTC (Lab Teater Ciputat) yang mana program ini juga didukung oleh Manajemen Talenta (MTN) Bidang Seni Budaya Direktorat Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan Kemendikbudristek yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan memperluas jejaring pelaku seni pertunjukan, khususnya seni teater. Program ini bertujuan untuk mengembangkan potensi dan kreativitas talenta seni teater yang menitiberatkan pada daya inisiatif dan daya partisipatif melalui serangkaian kegiatan yang mencakup pelatihan, diskusi karya, pertukaran ide, serta kesempatan bekerja sama dengan seniman lainnya. Berbagai kegiatan tersebut terbentuk dalam sub-sub program, antara lain: Pelatihan menjadi Aktor Partisipatif, Kelas Bongkar Muat, Kelas Napak Tilas, Kelas Jalin Karya, Mini Festival Buka Dapur, Kolaborasi Internasional, dan Lintas Forum Seni.
Teater AiR Jambi, melalui salah satu anggotanya, Zefanya Manullang (akrab disapa Jeje), berhasil mendapatkan pendanaan untuk mementaskan sebuah pergelaran seni. Karya tersebut merupakan hasil dari program Bongkar Muat, yang sebelumnya telah melalui proses inkubasi intensif selama satu minggu di Bali.
Kelas Bongkar Muat adalah platform pelatihan one man play yang digagas oleh LTC, dengan tujuan untuk menghindari stagnasi dalam proses kreatif. Peserta diajak untuk mengkritisi dan membongkar rutinitas mereka, menciptakan pertunjukan solo yang inovatif dengan memilih dan mengolah naskah drama klasik atau modern. Proses ini mencakup pembedahan naskah, pemilihan karakter, serta penciptaan karya yang menantang konvensi dan relevan dengan konteks kekinian. Selama tiga bulan, peserta didampingi fasilitator dan mitra diskusi dalam komunikasi intensif daring dan luring untuk menghasilkan karya yang berdampak.
- MENGENAI HASIL DARI BONGKAR MUAT MAKA TERCIPTALAH SICKLOSE
Setelah melalui proses seleksi untuk menilai karya-karya atau ide-ide terbaik yang telah dipresentasikan oleh peserta Dapur LTC selama masa inkubasi, akhirnya terpilih beberapa peserta unggulan dari setiap kelas. Zefanya Manullang, anggota sekaligus aktor Teater AiR Jambi, berhasil mendapatkan kesempatan untuk menciptakan sebuah karya monolog berdasarkan hasil proses Bongkar Muat yang dilaluinya.
Dalam program Bongkar Muat, Zefanya Manullang mendalami dan membedah naskah Purgatory karya W.B. Yeats, yang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan judul “Arwah-arwah” Proses ini melibatkan eksplorasi mendalam terhadap tema, karakter, dan pesan yang terkandung dalam naskah tersebut, sebagai bagian dari upayanya menciptakan interpretasi monolog yang autentik dan menggugah. Dari proses tersebut, lahirlah sebuah naskah baru hasil pembongkaran dan eksplorasi terhadap naskah Purgatory, yang kemudian diberi judul Sicklose.
Naskah Sicklose tercipta sebagai upaya memberikan makna baru pada karakter Orang Tua (Old Man) dalam naskah Purgatory. Naskah ini mengeksplorasi siklus kutukan yang terus-menerus menimpa keluarga sang Orang Tua. Dalam Purgatory, Yeats menyimpulkan bahwa kutukan tersebut hanya dapat dihentikan melalui pengorbanan berupa tumpahnya darah. Sicklose mencoba menggali lebih dalam tema ini dengan menawarkan perspektif baru terhadap siklus dan kutukan tersebut.
Berdasarkan kesimpulan tersebut, Zefanya Manullang menggali pertanyaan mendalam: Apakah benar darah dapat menghentikan kutukan begitu saja, terlepas dari sudut pandang subjektif Yeats, dan dapat dimaknai sebagai peristiwa yang kompleks? Pertanyaan ini juga ia hubungkan dengan konflik personal yang kemudian ditafsirkan sebagai representasi dari masalah sosial yang lebih luas.
Dari pemaknaan kutukan tokoh Orang Tua tersebut, Zefanya Manullang menciptakan sebuah karya yang mengaitkan konflik tersebut dengan isu agraria yang terjadi di Provinsi Jambi. Karya ini disajikan dalam bentuk pertunjukan teater yang menggabungkan elemen narasi, mirip dengan monolog. Tokoh yang dimainkan Zefanya Manullang adalah Orang Tua itu sendiri. Di dalam pertunjukan ini lebih banyak menyampaikan narasi, mengisahkan cerita tentang perampasan tanah yang akhirnya membentuk naskah Sicklose. Pertunjukan ini dibangun dalam beberapa fragmen yang menggambarkan konflik sosial dan agraria tersebut.
- SEDIKIT PENUTUP: KENAPA PENTING MELIHAT ISU AGRARIA INI
Walaupun tempat yang disediakan saat menonton Sicklose nanti terbatas, hal ini akan menjadi penting karena karya ini mengangkat permasalah yang sangat relevan. Di Provinsi Jambi sendiri peramasan tanah telah menjadi masalah sosial yang mendalam. Konflik agraria bukan hanya sekadar soal tanah, melainkan juga melibatkan hak-hak masyarakat adat, ketidakadilan sosial, dan dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari.
Melalui Sicklose, Zefanya Manullang mengajak penonton untuk melihat lebih dalam tentang bagaimana kutukan dalam konteks yang personal dan dapat dihubungkan dengan peristiwa-peristiwa sosial yang terjadi saat ini. Sebagai karya yang berbicara tentang perjuangan melawan ketidakadilan dan penindasan, Sicklose menyuguhkan kepedihan Orang Tua yang mempunyai anak yang memperjuangan hak-hak tanah mereka yang dirampas oleh orang-orang yang berkuasa.
Masalah agraria dapat dilihat sebagai siklus yang harus dihentikan dengan cara-cara yang lebih sadar dan manusiawi. Karya ini tidak hanya menggugah, tetapi juga mendorong refleksi kritis terhadap kondisi sosial dan memperkuat kesadaran akan pentingnya memperjuangkan hak atas tanah bagi mereka yang tertindas.