INDAHNYA KAYU ARO, SAYANG HARUS TERNODA OLEH SAMPAH
Siapa yang tak kenal Kayu Aro, salah satu kecamatan di Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi? Kecamatan ini merupakan hasil pemekaran dari Kecamatan Gunung Kerinci dan dikenal luas sebagai kawasan perkebunan teh. Kebun Teh Kayu Aro tidak hanya menjadi yang terluas di Indonesia, tetapi juga terletak pada elevasi tertinggi di Tanah Air. Menariknya lagi, kebun teh ini adalah yang tertua di Indonesia—telah berdiri sejak tahun 1925 pada masa penjajahan Belanda.
Teh yang diproduksi di Kayu Aro adalah teh hitam berkualitas tinggi dan dikenal hingga ke mancanegara. Kualitasnya yang istimewa tetap terjaga karena diproses secara konvensional, tanpa tambahan bahan kimia yang dapat mengganggu cita rasanya.
Itulah sekilas tentang Kayu Aro—sebuah daerah yang menyimpan sejarah, keindahan alam, dan kebanggaan dalam setiap helai daunnya.
Namun, keindahan yang ada di Kayu Aro sangat berlawanan dengan sampah yang bertebaran di sepanjang jalan dan beberapa tempat wisata yang ada di sana. Sungguh disayangkan, hamparan kebun teh yang hijau harus berdampingan dengan sampah-sampah berserakan di sana-sini. Pertanyaannya sekarang, apakah wisatawan dan masyarakat yang ada sudah cukup peduli terhadap lingkungan yang ada?
KEINDAHAN KAYU ARO DAN POPULARITASNYA
Peran media sosial sangat signifikan dalam meningkatkan popularitas Kayu Aro. Foto-foto keindahan alam dan aktivitas menarik yang dibagikan wisatawan melalui platform seperti Instagram dan Facebook menarik minat lebih banyak orang untuk berkunjung dan merasakan langsung pesona Kebun Teh Kayu Aro.
AROMA PECCO ADALAH CONTOH SAMPAH YANG ADA DI KAYU ARO
Nama Aroma Pecco sendiri merujuk pada aroma khas dari pucuk-pucuk daun teh muda yang dulu terhampar luas di perkebunan ini. Wangi segar dari daun teh itulah yang menjadi ciri khas dan inspirasi penamaan taman ini.
Aroma Pecco merupakan salah satu destinasi wisata favorit di Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, yang menawarkan keindahan danau buatan yang dikelilingi oleh hamparan perkebunan teh serta pepohonan hijau, menciptakan suasana asri dan udara sejuk yang menarik wisatawan untuk bersantai dan menikmati alam. Lokasi ini juga menyediakan fasilitas seperti area bermain anak dan tempat peristirahatan, menjadikannya pilihan tepat bagi keluarga yang ingin berlibur. Akses menuju Aroma Pecco cukup mudah, dengan jarak sekitar 40 kilometer dari pusat Kabupaten Kerinci, yang dapat ditempuh dalam waktu 30 menit hingga satu jam menggunakan kendaraan pribadi atau transportasi umum. Keindahan dan kenyamanan yang ditawarkan menjadikan Aroma Pecco sebagai destinasi yang patut dikunjungi bagi para pencinta alam dan ketenangan.
Namun, keindahan alam Kebun Teh Kayu Aro memukau dengan latar belakang megah Gunung Kerinci, terasa kontras dengan kondisi sampah yang berserakan di berbagai sudut.Di sepanjang jalan menuju hamparan kebun teh, sampah seperti botol plastik, sisa makanan, dan berbagai jenis limbah lainnya seolah menjadi “pemandangan” tambahan yang tidak diharapkan.
Salah satu contoh nyata dari permasalahan ini bisa terlihat di Aroma Pecco. Sangat disayangkan, taman yang seharusnya menjadi ruang rekreasi yang nyaman justru harus “berdampingan” dengan tumpukan sampah yang berserakan di berbagai titik. Saat saya mengunjungi tempat ini pada Rabu, 2 April 2025, memang masih terlihat beberapa orang yang berusaha membersihkan area tersebut. Namun, jumlah mereka tampaknya tidak sebanding dengan volume sampah yang ada. Beberapa fasilitas yang mestinya bisa dimanfaatkan untuk beristirahat pun kehilangan kenyamanannya—misalnya, sebuah pendopo yang cukup besar terlihat penuh sampah di bagian bawahnya, sehingga suasana santai yang diharapkan justru terganggu oleh bau dan pemandangan yang tidak sedap.
Kondisi ini tentu dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kenyamanan pengunjung maupun lingkungan sekitar. Meskipun saat saya berkunjung ke sana, wisatawan lain tampak tidak terlalu mempermasalahkan keberadaan sampah—hanya saya dan keluarga saya yang merasa terganggu—namun tetap saja, apakah pantas jika keindahan alam seindah ini harus dinodai oleh sampah yang berserakan?
Sampah-sampah tersebut jelas mencemari lingkungan, menurunkan kualitas estetika, dan mengganggu pengalaman berwisata—hal yang saya rasakan langsung saat berada di sana. Lebih dari itu, tumpukan sampah dapat menjadi sumber penyakit serta merusak ekosistem lokal. Jika dibiarkan, kondisi ini bisa menurunkan daya tarik wisata dan berpotensi mengurangi jumlah kunjungan wisatawan di masa mendatang.
Oleh karena itu, pengelolaan sampah yang efektif serta partisipasi aktif dari semua pihak—baik pengelola, masyarakat, maupun pengunjung—sangat diperlukan untuk menjaga kebersihan dan kenyamanan destinasi wisata seperti Aroma Pecco dan kawasan Kayu Aro secara keseluruhan.
Sebagai seseorang yang lahir di Sungai Penuh, meskipun besar di kabupaten lain, saya merasa malu dengan kondisi ini. Bagaimana tidak? Untuk masuk ke Taman Aroma Pecco, pengunjung harus membayar sekitar Rp40.000, namun pengelolaan sampah di lokasi tersebut sangat tidak terurus. Padahal, dengan tiket seharga itu, seharusnya ada upaya nyata dari pihak pengelola untuk menjaga kebersihan dan memberikan pelayanan yang layak bagi wisatawan.
Keadaan ini menunjukkan kurangnya kepekaan dari pengelola maupun masyarakat sekitar terhadap pentingnya kebersihan lingkungan wisata. Lebih memprihatinkan lagi, saat ini sudah banyak pedagang yang berjualan di area tersebut. Saya pribadi khawatir, jika tidak ada kesadaran kolektif, maka volume sampah akan terus meningkat, sementara kesadaran untuk menjaga kebersihan akan semakin menurun.
Oleh karena itu, dibutuhkan inisiatif bersama—antara pengelola, pedagang, dan pengunjung—untuk membangun kesadaran dan komitmen menjaga lingkungan Aroma Pecco. Tempat seindah ini sayang sekali jika harus rusak hanya karena persoalan sampah yang sebenarnya bisa diatasi dengan niat dan kerja sama.
BAGAIMANA SEHARUSNYA? SOLUSI UNTUK MENGATASI SAMPAH DI WISATA KAYU ARO.
Salah satu langkah awal yang mungkin bisa dilakukan adalah meningkatkan kesadaran wisatawan melalui kampanye kebersihan lingkungan. Kampanye ini bisa dilakukan lewat media sosial, papan informasi di lokasi wisata, hingga edukasi langsung oleh petugas atau komunitas lokal. Dengan begitu, pengunjung tidak hanya menikmati keindahan alam, tetapi juga merasa memiliki tanggung jawab untuk menjaganya.
Selain itu, penyediaan tempat sampah yang cukup dan tersebar di titik-titik strategis sangat penting. Tempat sampah yang diberi label organik dan anorganik juga dapat membantu proses pemilahan dan pengelolaan sampah lebih efektif. Pengelola juga sebaiknya menyediakan sistem pengangkutan sampah yang rutin dan terjadwal.
Dan mungkin ini yang paling saya suka adalah dengan menerapkan denda bagi siapa pun yang membuang sampah sembarangan bisa menjadi solusi tegas namun mendidik. Aturan ini bisa disosialisasikan secara jelas agar wisatawan tahu konsekuensinya dan lebih berhati-hati dalam menjaga kebersihan.
Peran aktif komunitas lokal dan pemerintah sangat dibutuhkan dalam menjaga destinasi wisata ini tetap bersih. Kolaborasi keduanya bisa menciptakan program kerja bakti, pengawasan rutin, serta pelatihan pengelolaan sampah bagi warga sekitar dan pedagang.
Terakhir, wisatawan juga diajak menerapkan prinsip zero waste tourism. Ini bisa dimulai dengan membawa tempat makan dan minum sendiri, menggunakan tas belanja kain, serta membawa pulang kembali sampah pribadi. Langkah-langkah kecil ini akan berdampak besar bila dilakukan bersama-sama.
PENUTUP
Tempat seindah ini layak dinikmati dalam keadaan bersih, nyaman, dan tertib, agar siapa pun yang datang bisa merasakan kedamaian yang ditawarkan alam. Menjaga kebersihan bukan hanya soal tanggung jawab pengelola, tetapi merupakan tugas bersama—pengunjung, masyarakat, dan pemerintah.
Sudah saatnya kita semua, baik wisatawan maupun warga lokal, lebih peduli terhadap lingkungan. Sampah bukan hanya urusan buang dan bersih, tapi juga soal kesadaran dan sikap hidup. Seperti kata pepatah, “Kebersihan adalah bagian dari iman”—ia tidak hanya mencerminkan kebiasaan, tetapi juga nilai-nilai yang kita junjung.
Mari jaga Kayu Aro agar tetap menjadi destinasi wisata unggulan yang membanggakan. Sebab alam tak butuh kita untuk indah, tapi kitalah yang butuh alam untuk belajar tentang hidup yang selaras dan sederhana.