LAGU FUR INI NGAJARIN KITA CARA MOVE ON TANPA DRAMA TAPI TETAP PENUH LUKA
Dari sekian banyak band indie yang muncul dalam dekade terakhir, FUR jadi salah satu yang paling jujur menyuarakan keresahan generasi muda. Band asal Brighton, Inggris ini dikenal lewat musik bernuansa retro dengan sentuhan pop 60-an yang manis tapi nggak murahan. Lirik-lirik mereka seringkali terdengar sederhana, tapi justru karena itu terasa dekat—nggak ribet, tapi ngena. FUR seperti sahabat yang nggak banyak omong, tapi selalu tahu caranya menemani ketika dunia mulai terasa berat.
Salah satu lagu mereka yang paling berhasil menangkap rasa lelah dan ambigu dalam hubungan adalah “Nothing (Until Something Else Comes Along).” Lagu ini bukan cuma soal galau karena cinta yang nggak pasti, tapi juga tentang bagaimana kita berproses: dari berharap, lelah sendiri, lalu perlahan-lahan belajar menerima. Di tengah hiruk-pikuk dunia yang makin cepat, cinta justru sering jadi sesuatu yang lambat: nggak pasti, nggak jelas, dan kadang cuma bikin capek. Lagu ini menangkap rasa itu—rasa capek nunggu, capek berjuang sendirian, dan akhirnya memilih buat diam sampai ada yang lebih baik datang. Tapi di balik sikap pasrah itu, ada refleksi yang dalam soal bagaimana kita memahami diri, hubungan, dan harapan.
Satu Pertanyaan, Tanpa Jawaban
Kalimat pembuka lagunya udah nyentil banget:
“Maybe if you answered my question with an answer / I wouldn’t be behaving in the way that I am.”
Lirik ini seperti tamparan halus buat mereka yang pernah berada di hubungan ambigu—yang semua pertanyaan tentang “kita ini apa” atau “mau dibawa ke mana” selalu dijawab dengan “liat aja nanti” atau malah dihindari. Dalam konteks psikologi hubungan, ini bisa dikaitkan dengan fenomena avoidant attachment style, di mana salah satu pihak cenderung menjauhi keterikatan emosional karena takut terluka (Levine & Heller, 2010). Akibatnya? Komunikasi jadi macet, perasaan pun menggantung.
Ketika komunikasi nggak berjalan dua arah, perilaku seseorang bisa berubah: jadi emosional, apatis, atau bahkan menyakiti diri sendiri. Di lagu ini, si tokoh memilih untuk “melakukan nothing”—bukan karena malas, tapi karena udah lelah mencoba tanpa hasil.
Menunggu atau Menghindar?
Salah satu lirik paling “kena” dalam lagu ini adalah:
“I may be pretty lazy, but something I would do / Is nothing until something comes along instead of you.”
Ini lebih dari sekadar sikap pasif. Ini semacam mekanisme pertahanan diri yang kita gunakan saat merasa kehilangan kontrol. Daripada mencari pelarian yang palsu, tokohnya memilih untuk diam. Ini bisa diartikan sebagai bentuk self-preservation, walau dibungkus dalam nada sinis. Dalam bukunya The Subtle Art of Not Giving a Fck*, Mark Manson (2016) menyebut bahwa kadang cara terbaik untuk melindungi diri adalah dengan mengakui bahwa tidak semua hal bisa dikontrol—dan nggak semua orang bisa atau mau kita perjuangkan.
Namun, sisi lain dari “tidak melakukan apa-apa” ini juga menunjukkan bahwa luka yang belum sembuh bisa mengunci kita dalam status quo yang menyakitkan. Kita jadi stuck, nungguin sesuatu yang lebih baik datang, padahal kita nggak benar-benar bergerak ke mana-mana.
Usaha yang Gagal Bikin Bahagia
“I thought making myself last all night / Would make me feel like I was doing something right.”
Bagian ini menggambarkan pengorbanan yang akhirnya terasa hampa. Kita semua pernah ada di titik itu—berpikir bahwa dengan berjuang keras, kita akan dihargai atau minimal merasa puas. Tapi kenyataannya? Kadang usaha nggak sebanding sama hasilnya. Dan lebih pahitnya lagi, kita jadi mempertanyakan apakah kita cukup baik, atau justru terlalu naif.
Refleksi ini bisa dikuatkan dengan teori psikologi dari Martin Seligman tentang learned helplessness. Ketika seseorang terus-menerus mengalami kegagalan meskipun sudah berusaha, ia bisa merasa tidak berdaya dan akhirnya menyerah. Tokoh dalam lagu ini seolah mengamini hal itu: kalau berusaha pun tetap nggak cukup, ya udahan aja deh.
Romantis yang Tragis
“I spent all of my money on cheap wine and a train ride / Just to see you cry into my arms.”
Lirik ini adalah punchline emosional dari keseluruhan lagu. Romantis? Bisa dibilang iya. Tragis? Sangat. Ia rela menghabiskan uang dan waktu demi sebuah pertemuan yang—bukannya manis—justru penuh tangis. Tapi bukankah ini sangat manusiawi? Kita semua pernah berharap terlalu tinggi pada pertemuan terakhir, ucapan terakhir, atau pelukan terakhir. Dan saat kenyataannya nggak sesuai ekspektasi, rasa sedihnya jadi dua kali lipat.
Dalam puisi-puisi karya Rupi Kaur, sering muncul tema bahwa cinta itu bukan soal memiliki, tapi soal bagaimana kita memberi ruang bagi orang yang kita cintai untuk memilih—meski itu berarti memilih pergi. Lagu ini terasa sangat sejalan dengan pemikiran itu.
Bukan Sekadar Lagu Galau
“Nothing (Until Something Else Comes Along)” bukan cuma lagu galau biasa. Ia jadi cermin buat anak muda yang sering merasa bingung antara bertahan dan melepaskan, antara terus mencoba atau belajar pasrah. Musik indie seperti milik FUR memang punya kekuatan untuk mengungkap emosi yang sering tak terkatakan—dan justru karena itu, lagu ini terasa sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari kita.
Kalau kita hubungkan dengan fenomena FOMO (Fear of Missing Out), lagu ini juga menyindir kita yang sering terburu-buru mencari pengganti—pacar baru, hiburan baru, kesibukan baru—padahal belum selesai dengan luka lama. Lagu ini ngajak kita diam sejenak, mengakui rasa sakitnya, dan memberi ruang untuk sembuh.
Penutup: Belajar Diam dan Menunggu yang Sebenarnya
Di akhir lagu, ada bagian instrumental yang tenang tapi penuh emosi. Seperti ingin bilang bahwa setelah semua keributan dalam hati, yang tersisa hanyalah keheningan. Dan mungkin, di titik itu, kita baru bisa mulai benar-benar mengenali diri.
“Nothing (Until Something Else Comes Along)” bukan ajakan untuk pasrah atau menyerah. Tapi lebih kepada mengajak kita berdamai dengan kekosongan. Bahwa tidak apa-apa untuk tidak tahu harus bagaimana. Tidak apa-apa memilih diam. Asal diam itu bukan karena menyerah, tapi karena sedang belajar memahami apa yang layak diperjuangkan, dan siapa yang layak ditunggu.