Puisi-puisi Benny kurniawan
Asamuasal
Asamu adalah muasal bulir-bulir liur yang tumpah ruah,
Ketika matamu tertegun menatap dunia yang tengah bertelanjang dada,
Sembari sesekali mendesah
Ah memang elok rupa khianat,
Dilain waktu dihadapanmu dihidangkannya bulu-bulu kemaluan yang memabukkan,
Diajarkannya kau tentang tambah dan kurang,
Hingga kepalamu merupa belukar yang ditumbuhi ilalang,
Yang membuatmu lupa bahwa langkahmu beralamatkan kepedihan,
Hingga tiba hari kematian ibumu, kau lupa cara berkabung sebab selama ini kau terlalu sibuk menghitung
Bukit pamuatan, 15 mei 2024
Naas
Lihatlah, rumah tua itu dibangun dari air susu ibu,
Beralamatkan kepedihan sebab sunyi telah menanti didepan pintu,
Pintu yang masih menunggu diketuk,
Meski halamanya telah ditumbuhi belukar yang membuatnya menjadi naas sebab tak kunjung ada bunga yang ingin tumbuh didalamnya.
Pada langit-langitnya sesekali tumbuh rindu-rindu yang belum lunas,
Juga rintik-rintik kehilangan yang belum tuntas,
Ketika beberapa orang melihatnya,
Mereka berkata lirih,
Ah betapa menyeramkannya kesepian.
Bukit pamuatan, 15 mei 2024
Seonggok tongkol
Pada semestinya kita adalah seonggok ikan tongkol,
Tumbuh pada rasa yang didefinisikan sendiri,
Sembari pelan-pelan lari dan bersembunyi dari ramainya bual-bual retorika surgawi,
Menjadi senyap dan memilih berhenti bertepuk tangan pada perayaan omong kosong,
Untuk kemudian berenang semakin dalam pada sunyi lalu meledak menjadi cahaya,
Sampai nanti tiba kita pada tiada,
Yang membawa kita merupa ada,
Kemudian kita menyadari bahwa tak mengapa tiada asal meniada pada ada.
Bukit pamuatan, 15 mei 2024
Benny kurniawan, seorang pria penggembala hujan yang lahir di Giriwinangun, Tebo, Jambi. Menulis menjadi media yang ia pilih untuk memuntahkan isi kepala. Temui ia di akun instagram @kata_beku30 niscaya kamu tidak akan menemukan apa-apa selain foto kedua orang tuanya.