Puisi-puisi Kaspul Annuar
Jejak Ilmu di Setiap Langkah
Andai dunia adalah sebuah rumah,
pendidikan ialah pagar yang melindungi,
jendela yang membuka jalan cahaya,
menghangatkan kalbu yang penuh tanya.
Di bangku kuliah yang sunyi tapi bermakna,
kita temukan mimpi terselip di balik lembar buku,
bersama dosen yang setia menabur harapan,
dan sahabat, yang tangannya pernah erat kita genggam.
Pendidikan tak sebatas hafalan dari buku,
melainkan seni untuk bangkit kala terjatuh,
keberanian untuk bertanya meski bibir ragu terbuka,
dan tekad untuk bertumbuh, hari demi hari.
Hauslah akan ilmu, seperti tanah menanti hujan,
sebab pendidikan bukan garis akhir,
melainkan perjalanan panjang penuh cahaya,
yang menuntun kita menjadi diri yang seutuhnya
Nyanyian Masa Kecil
Di tanah merah, langkah kecil berbisik,
Tawa membelah senja yang merona.
Lutut berdarah jadi tanda keberanian,
Mimpi terbang lepas tanpa belenggu.
Jejak itu terpatri di relung hati,
Masa kecil, pelabuhan jiwa yang sunyi.
Di sana aku belajar terbang,
Menabur asa di langit tak bertepi.
Di Pangkuan Waktu
Dalam sepi malam yang belum kupahami,
Kau hadir, menyalakan terang dari sunyi.
Dengan peluh yang tak pernah bersuara,
Kau rawat tubuh kecilku serupa doa.
Langkahmu perlahan, tapi pasti menuju lelah,
Namun senyummu tak pernah lepas dari wajah.
Tanganku gemetar belajar menggenggam dunia,
Tanganmulah yang pertama kali mengajarku percaya.
Kasihmu bukan hanya pengorbanan,
Ia adalah hujan yang jatuh tanpa pamrih,
Embun yang sabar menunggu pagi,
Pelukan yang tetap hangat saat segalanya pergi.
Dari Rahim Cahaya
Sebelum dunia menyebut namaku,
kau sudah menanam harapan di rahim cahaya.
Tanganku belum mampu menggenggam arti,
tapi hatimu telah memeluk segala kemungkinan luka.
Kau anyam hidupku dari benang waktu,
menjahit malam dengan isak yang tak bersuara,
menyulam pagi dengan doa yang tak pernah putus,
hingga nafasku tumbuh menjadi puisi.
Tak pernah kau hitung langkahmu yang retak,
asal aku bisa berlari di atas mimpi-mimpiku.
Kau relakan letihmu menjadi lantai,
agar aku bisa menari tanpa tahu arti lelah.
Kasihmu bukan hanya cinta
ia adalah langit, adalah bumi, adalah napas yang tak pernah hilang.
Dan aku, adalah anak dari rindu yang kau besarkan
dengan tangan yang tak pernah meminta kembali.
Bayang yang Belum Bernama
Langkah ini menuju ke mana?
Jalan bercabang, sunyi tak menjawab.
Hari esok seperti kabut yang bergerak,
mendekat, lalu menjauh tanpa arah.
Ada rencana yang kutulis di atas harap,
namun angin sering mengubah letaknya.
Aku berjalan setengah yakin, setengah ragu,
menyimpan tanya dalam setiap langkah baru.
Masa depan bukan musuh,
hanya wajah yang belum kutemui.
Dan aku,
masih belajar berdamai dengan yang tak pasti.