Puisi-puisi Khaira Agwalya Puspa
TANAH
Kehidupan yang terkadang menyesakkan sanubari
Mendekap raga tuk mengobati nestapanya diri
Menelusuri lorong perenungan demi pengabdian
Sedih hati dengan insan yang duka
Jiwa rapuh meminta keadilan untuk merasa riang
“Bila aku bisa bahagia dengan cepat
Betapa bahagianya aku dengan kehidupan.”
Imbuh jiwa
“Kau adalah manusia dibalut tanah
sudah kodratnya tuk memiliki jalan hidup
jika dirimu ingin sukacita selesaikan urusanmu
Tergantung bagaimana dirimu menyikapi kesedihan.”
Gertak tanah
“Kau pikir mudah untuk tetap semarak
Dikau tak tahu rasanya diburu kesedihan
Berharap tuk segera merehatkan diriku
Menuntut kalbu agar tak goyah.”
Keluh jiwa
“Jika memang harus begitu jalani saja
Kemudahan tuk berbunga datang dari pikiranmu
Aku hanya bisa membimbing dikau
Untuk hasilnya itu tergantung perilaku dirimu.”
Bijak tanah
Karena adanya insan yang bernyawa
Sudah pasti menghadirkan segala rasa
Tugas kita untuk menjalani kehidupan
Sudah sepantasnya kita menghadapi segala rintangan
Maka dekaplah ragamu tuk menenangkan kalbu
Jambi, 17 Agustus 2024
DARAH PERJALANAN
Akulah si telaga merah nan nestapa
Waktu yang menjemput membuat jiwa rapuh
Lambat tercapainya mimpi tatkala waktu memburu
Mengundang perjuangan insan demi melawan takdir
Kefanaan hidup yang kadang menyesakkan
“Betapa tertinggalnya diriku pada impianku
Penyelasan menghantamku tuk sadar pada waktu
Andai saja aku bisa menghentikan waktu
Akan aku jelajahi lorong perenungan diri
Sebagai tanda berartinya impianku itu.”
Tutur telaga merah
“Jika dikau tak mau menyesal dikemudian
Pergunakan diriku dengan hati-hati
Karena sudah tugasku tuk menjemputmu
Kau tak bisa menolak garis hidup
Jadi jangan letih pada ganjaran dirimu.”
Bijak waktu
“Nasib yang kudapati membuat diriku kelabu
Tekanan menghampiriku saat terbelakangnya diriku
Mendesakku tuk tetap fokus pada bala
Kepahitan takdir diriku mengundang pilunya hati
Sampai memperjuangkan darahku tuk kejayaan jiwa.”
Sendu telaga merah
“Semua sudah diatur oleh penguasa semesta
Maka jangan siksa dirimu dengan kecemasan
kau mendapat ganjaran sesuai jejak perbuatanmu
Sudah sepantasnya dirimu tuk memperjuangi kehidupan
Karena jika tidak kepedihan kekal mengikutimu.”
Imbuh waktu
Takdir mendekap dengan melajunya waktu
Namun kegetiran takdir yang mendekap
Merangkul jiwa tuk memaknai kehidupan
Sepatutnya insan selalu mencari arti kehidupan
Agar teraihnya kedamaian pada insan lara
Jambi, 13 Agustus 2024
ELEGI PARA PEJUANG
Dentuman keras menghantam bumi Nusantara Indonesia
Menggertak sanubari hingga mengiris amarah
Sedih hati membuat para pejuang bersiap sejenak
Berteriak merdeka nusantaraku demi keadilan
Menjadi badai di tengah badai nan menerjang
“Wahai Nusantara betapa keras perjuanganku untukmu
Darah mengalir di Sekujur tubuh piluku
mengunci benak yang merintihkan jiwa
Kuharap kebajikan selalu dapat membantumu.”
Imbuh para pejuang yang tak pernah menyerah
Beraharap perdamaian abadi tuk ketentraman jiwa
Pada datangnya penyerangan di segala sisi
Jika memang ini nasib para pahlawan sebagai pejuang
Maka teruskanlah kerja para pejuang pada generasi penerus
Jambi, 11 Agustus 2024