Puisi-puisi Muhammad Holis
Tuhan…. Aku dimana?
Dalam hening malam, aku merenung,
Menyelami arus pikiran yang tak pernah henti.
Manusia, katanya, adalah milik Tuhan,
Namun, apakah milik-Nya hanya untuk yang baik?
Apa artinya segala kebaikan yang dipuji,
Jika keburukan yang terpendam dibiarkan dalam bayang?
Apakah Tuhan hanya mencintai yang sempurna,
Dan membuang jauh yang tak sesuai dengan harapan-Nya?
Aku bertanya dalam resah yang menggigit,
Jika kebaikan adalah milik-Nya,
Lalu yang buruk, siapa yang memilikinya?
Apakah aku sendiri yang menciptakan kekurangan ini?
Ataukah dunia ini yang memaksaku terjatuh dalam kekelaman,
Membawa beban yang tak bisa kulihat,
Menjadi bagian dari jalan yang tak kunjung berujung?
Hati ini berdenyut dalam sepi,
Darah yang mengalir, namun terasa dingin,
Apakah ini darahku, atau darah takdir yang menghukumku?
Kenapa aku terlahir untuk merasakan ini—
Luka tanpa wujud, namun terasa begitu nyata,
Seperti ada sesuatu yang hilang,
Namun aku tak tahu apa yang telah pergi.
Bertanyalah pada bumi yang merintih,
Pada langit yang menggerutu dalam amarah,
Siapa yang memegang kendali atas dunia ini?
Aku yang terus mencari, atau dunia yang menertawakanku,
Sementara aku terjatuh, terperosok dalam jurang kehampaan,
Mencari alasan, namun hanya mendapati kekosongan.
Aku bertanya pada angin yang tak pernah berhenti berhembus,
Bisakah ia membawa aku kembali—
Kembali ke tempat yang aku sebut rumah,
Atau akankah aku terus mengembara,
Mencari makna yang tak pernah ada,
Terperangkap dalam perjalanan yang tak ada akhirnya?
Jiwa ini terjerat dalam kesepian yang mendalam,
Teriakanku tak pernah terdengar,
Seakan aku hanya kesepian yang tak bisa diungkapkan,
Aku terluka, namun siapa yang peduli?
Aku berteriak tanpa suara,
Apakah ada yang mendengar?
Atau aku hanya bayangan yang dilupakan?
Dalam kehampaan ini, aku merasakan Tuhan yang jauh,
Apakah Dia mendengarku, atau aku hanya terlupakan,
Dalam kesendirian yang begitu mengerikan.
Aku kehilangan keyakinan, kehilangan cahaya,
Apakah Tuhan benar-benar ada di sana,
Ataukah aku hanyalah ilusi dalam dunia yang hampa?
Aku di Mana? Tuhan…
Aku di mana, Tuhan?
Aku yang terjebak dalam kekosongan ini,
Mencari arah yang tak pernah ada,
Bertanya pada malam yang bisu,
Namun tak ada jawaban selain sunyi.
Kehampaan merayap dalam setiap hela napasku,
Dan aku bertanya—apakah Engkau mendengarku?
Atau aku hanyalah bayangan dalam dunia yang terlupakan?
Manusia, katanya, adalah milik-Mu,
Tapi kenapa yang baik selalu dipuji,
Sementara yang buruk dibiarkan tenggelam dalam bayang?
Apakah Engkau hanya mencintai yang sempurna,
Lalu membuang yang rapuh dalam kehampaan ini?
Aku yang penuh luka, Tuhan,
Aku yang terus terjatuh dalam kegagalan,
Apakah aku masih layak disebut milik-Mu?
Hati ini berdarah,
Namun tak ada yang menyembuhkan,
Aku mencari jalan, namun semakin tersesat.
Kenapa dunia ini begitu kejam?
Apakah aku yang salah?
Ataukah dunia yang memaksaku menjadi sesuatu yang tidak aku kenal?
Aku hanya ingin kembali,
Kembali ke tempat yang dulu kutahu,
Namun di mana, Tuhan? Di mana aku berada?
Jiwaku merintih, namun suara itu terhenti di dalam,
Seakan tak ada yang peduli—
Aku terperangkap dalam diri sendiri,
Bertanya, apakah ada makna dalam penderitaan ini,
Apakah aku sendiri yang menciptakan kesakitan ini,
Ataukah dunia ini yang memaksaku merasakannya?
Aku terus mencari, namun tak pernah menemui jawaban.
Aku di mana, Tuhan?
Apakah aku hanya ilusi dalam dunia yang tak pernah berhenti berputar?
Aku ingin tahu, di mana Engkau berada,
Di saat aku terjatuh dalam kegelapan,
Apakah Engkau hanya diam,
Menunggu aku kembali,
Atau apakah aku telah terlupakan dalam dunia yang penuh dusta ini?
Aku bertanya, dalam hening yang menggema,
Aku di mana, Tuhan?
Di mana Aku yang pernah kutahu,
Di mana Engkau yang aku harapkan?
Aku di mana? Tuhan…
Aku hanya ingin tahu,
Jika aku masih milik-Mu.
Aku, Tuhan… Dimana?
Aku, Tuhan…
Dimana aku berada?
Di antara hampa yang mengikat langkahku,
Di ruang yang tak pernah berhenti berputar,
Aku terjebak dalam arus waktu yang tak aku kenal,
Setiap langkahku terasa lebih jauh dari-Mu.
Aku mencari, namun tak menemukan jawabannya,
Aku bertanya, namun hanya sunyi yang menjawab.
Manusia ini, katanya milik-Mu,
Tapi apakah aku masih milik-Mu?
Jika aku hanya kebaikan yang dipuji,
Lalu kenapa keburukan ini menghantuiku?
Apakah Engkau hanya mengasihi yang sempurna,
Atau apakah aku hanya bayang-bayang dalam dunia yang terlupakan?
Dimana kasih-Mu yang dulu aku rasakan?
Apakah aku yang telah jauh,
Atau Engkau yang membiarkan aku hilang begitu saja?
Aku di mana, Tuhan?
Apakah ini jalan yang Engkau tentukan untukku?
Ataukah aku hanya berjalan tanpa arah,
Terperangkap dalam kegagalan dan kekecewaan?
Setiap denyut jantung ini terasa lebih berat,
Seakan membawa beban yang tak mampu aku angkat.
Aku merintih dalam hening malam,
Apakah Engkau mendengarku, Tuhan?
Atau apakah aku hanya suara yang terabaikan?
Dimana Engkau, Tuhan, saat aku terjatuh?
Saat aku merasa sendiri dalam keramaian dunia ini,
Saat aku mencari jawaban, namun hanya mendapati kekosongan,
Apakah aku begitu kecil di mata-Mu,
Atau apakah aku terlalu besar untuk mendapatkan kasih-Mu?
Aku hanya ingin tahu,
Apakah aku masih pantas disebut milik-Mu?
Aku, Tuhan…
Dimana aku?
Aku terus bertanya, namun semakin tersesat.
Apakah ini jalan yang Engkau kehendaki untukku?
Atau apakah aku telah terjatuh begitu jauh,
Sehingga aku tak bisa lagi merasakan hadirat-Mu?
Aku di mana, Tuhan?
Dimana aku yang dulu aku kenal?
Dimana Tuhan, Dimana Aku?
Dimana Tuhan, dimana aku?
Dalam sepi, aku melangkah tanpa arah,
Setiap jejakku terlupakan oleh angin,
Hati ini terpecah, tercabik oleh keraguan.
Aku bertanya pada langit yang diam,
Apakah Engkau mendengarku?
Ataukah aku hanyalah bayangan yang hilang?
Kenapa semua yang kupinta menjadi gema yang jauh?
Aku mencari, namun aku semakin tersesat,
Dimana aku dalam takdir ini?
Apakah aku hanya serpihan waktu,
Yang terlupakan dalam riuhnya dunia?
Aku ingin tahu, Tuhan,
Apakah aku masih pantas menyebut diri ini milik-Mu?
Ataukah aku telah jauh,
Menjadi sesuatu yang tak bisa Kau kenali lagi?
Dimana Engkau, Tuhan, ketika aku terjatuh?
Saat langkahku terhenti dalam keheningan,
Aku bertanya dalam kesunyian yang menyakitkan,
Apa yang salah dengan diriku?
Apakah aku tak layak menerima cahaya-Mu?
Atau apakah Engkau sengaja mengabaikanku,
Meninggalkan aku di tengah kegelapan yang semakin tebal?
Dimana aku, Tuhan, dalam dunia ini?
Aku, yang pernah merasa dekat dengan-Mu,
Sekarang hanyalah potongan diri yang terpisah.
Aku mencari jawaban di tempat yang salah,
Mencari kelegaan dalam dunia yang menyesatkan.
Apakah aku hanya ilusi, yang tertipu oleh waktu?
Tuhan, aku terluka,
Tapi aku tak tahu lagi di mana harus mencari-Mu.
Aku, yang dulu berjalan dalam cahaya-Mu,
Kini terperangkap dalam bayang-bayang
Yang menghapuskan segala kepercayaan.
Dimana Tuhan, dimana aku?
Apakah kita sudah saling melupakan?
……..? Aku, Tuhan, Tuhan, Aku
Aku, Tuhan, Tuhan, Aku,
Perpisahan ini bukan untuk selamanya,
Bukan karena jarak yang memisahkan,
Bukan karena waktu yang menuntut.
Namun hanya karena kita harus berjauhan sejenak,
Untuk menemukan kembali jalan pulang.
Kita, yang selalu saling merindu,
Akan kembali dalam pelukan-Nya yang abadi.
Tuhan, aku akan pergi untuk sementara,
Namun di dalam hati ini, Engkau tetap ada,
Mengalir seperti darah dalam nadiku,
Menghiasi setiap detik yang berlalu.
Perpisahan ini bukanlah akhir,
Karena di setiap jejakku, Engkau tetap menemani,
Dan dalam setiap langkahku, Engkau tetap hidup.
Tuhan, aku tahu,
Kau milik semua makhluk yang hidup,
Kau ada di dalam segala hal,
Dalam sepi yang menyelubungi,
Dalam tawa yang meledak,
Dalam luka yang tak terlihat.
Aku, yang berjalan menjauh,
Tapi sejatinya, aku tak pernah pergi dari-Mu.
Aku, Tuhan, Tuhan, Aku,
Kita akan selalu bersama, meski terpisah jarak,
Karena dalam setiap ruang yang ada,
Tuhan adalah milik kita semua,
Dan tak ada yang bisa memisahkan kita dari-Nya.
Walau dunia ini menguji,
Walau waktu terus berjalan,
Perpisahan ini hanyalah sementara—
Karena hati ini tetap milik-Mu,
Dan Engkau selalu ada di dalamku.