Puisi-puisi Widya Angraini Ramadhani
MENCINTAI JATUH
“Aku jatuh cinta,”
Tuturku dengan senyum yang merekah
Tapi, lagi dan lagi
Yang terasa jatuhnya saja
Mungkin cintanya akan menyusul
Atau
Sudah tercerai-berai saat terjatuh tadi
Bagaimana rasanya cinta?
Benarkah menyenangkan layak wahana kora-kora?
Ah, terakhir kali mencobanya aku berakhir muntah
Indah dilihat, tidak untuk dirasa
Tapi, apa salahnya mencoba lagi?
Sebab akibat ditanggung nanti
AKULAH HUJAN
Hujan kali ini menggenangi pelupuk mataku
Berderai seiring langkah yang tak satu
Kau masih sama seperti dulu
Membelenggu netraku
Mengukir lengkung di wajahku
Namun, kian jauh
Kali ini aku berpelukan dengan hujan
Berdendang dengan awan
Menari bersama rerumputan
Akulah hujan
Aku terjatuh untukmu
Aku terjatuh karenamu
Menjadi rintik yang riang
Namun, kau tak suka hujan
BODOH YANG SEBENARNYA
Perihal asmaraloka, daku pun juga manusia
Terbiasa mencinta sepihak saja
Meski biasa, sakit nyata adanya
Tiga tahun
Masih kau orangnya
Seolah jenuh dengan keadaan
Kadangkala muncul pertanyaan
“Akankah ada harapan?”
Bagai tanah gersang yang mengharap penghujan
Bagai perih yang mengharap pulih
Bagai duka yang mengharap suka
Aku mengharapkanmu
Entah salah semesta yang mempertemukan kita
Atau salahku yang menaruh rasa?
Atau salahmu yang memesona?
Persetan salah siapa
Nyatanya, kita tak akan terjadi