Secara Singkat Rangkaian TAKAK (Temu Asah Kreativitas berAkar Kebudayaan)
TAKAK resmi berakhir pada 26 Oktober 2024, ditutup dengan ekshibisi pementasan berbahasa Kerinci berjudul Diimba, karya dan arahan sutradara Arianza Rafindo. Rangkaian acara ini didukung oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui program Bantuan Pemerintah Bidang Kebahasaan dan Kesastraan: Penguatan Komunitas Sastra Tahun Anggaran 2024.
Acara ini dimulai dengan lomba menulis naskah drama dan puisi secara online, berlangsung dari 10 September hingga 10 Oktober 2024. Para peserta diberi tema yang menggali kekayaan lokal Jambi, seperti meramu pengetahuan tradisional untuk naskah drama dan mengangkat cita rasa makanan khas Jambi dalam puisi.
- ISI MATERI PELATIHAN
Pada hari H, dimulai dari 21 hingga 26 Oktober, rangkaian acara TAKAK dibuka dengan pelatihan menulis puisi, menulis naskah drama dan cerita anak yang diikuti oleh mahasiswa, pelajar, serta para guru. Antusiasme peserta sangat tinggi, terlihat dari semangat mereka dalam menyerap materi dan berinteraksi aktif selama pelatihan berlangsung. Kegiatan ini secara penuh dilaksanakan di Taman Budaya Jambi.
Pelatihan menulis naskah drama dan puisi berlangsung bersamaan pada 21-22 Oktober 2024. Di hari pertama, Rini Febriani Hauri tampil sebagai pemateri utama, mengangkat topik unik tentang gastronomi. Dalam penyampaiannya, Rini menjelaskan bagaimana beragam aspek makanan bisa menjadi elemen cerita yang bermakna, terutama ketika dikombinasikan dengan pilihan kata yang kuat dan menarik. Tentunya, Gastronomi juga merupakan simbol dari identitas, simbol perpaduan sejarah dan budaya sebagai bentuk untuk mengenal usaha dan melestarikan kuliner nusantara. Kemudian, peserta langsung mempraktekkan materi yang didapat menjadi satu buah puisi utuh.
Pada hari kedua, E.M. Yogiswara melanjutkan sebagai pemateri, membahas dasar sebuah sajak dan cara menyampaikannya dengan efektif kepada pembaca. Beliau menekankan pentingnya amanat, pesan, dan tema, yang dibangun dari perpaduan pikiran, perasaan, serta angan-angan penyair, agar sajak bisa menyentuh hati dan membangkitkan makna yang mendalam. Sajak ujar E.M Yogiswara dalam materinya bertujuan untuk mengkomunikasikan apa yang ada dalam jiwa penciptanya.
Pelatihan menulis naskah drama selama dua hari ini berfokus pada pembuatan alur cerita yang indah sebagai “jiwa drama,” di mana setiap bagian dipaparkan secara cermat dari awal hingga akhir untuk membentuk cerita yang utuh dan berkesan, dengan bimbingan dari dua penulis naskah berpengalaman, Oky Akbar dan Randa Gusmora.
Pelatihan menulis cerita anak, yang diadakan terpisah dari dua pelatihan sebelumnya, dibuka dengan sesi bersama Titas Suwanda. Pada hari pertama, Titas mengupas dasar-dasar dalam menciptakan cerita anak, dengan penekanan bahwa buku anak umumnya dibuat tanpa konflik. Pendekatan ini bertujuan menciptakan suasana yang ringan dan menyenangkan, menjadikan buku sebagai sarana bermain dan belajar, bukan sumber ketegangan.
Pada hari kedua, pelatihan berlanjut dengan topik adaptasi cerita anak ke dalam media digital. Hal ini dirasa penting mengingat perkembangan teknologi dan preferensi anak-anak saat ini, yang semakin akrab dengan perangkat digital. Digitalisasi cerita anak memungkinkan pesan yang terkandung dapat diakses lebih luas, mencapai anak-anak yang lebih sering berinteraksi melalui gawai mereka.
- DITUTUP DENGAN EKSEHIBISI KARYA
Pementasan Diimba karya sutradara Arianza Rafindo menjadi penutup acara TAKAK yang berlangsung dari 21 hingga 26 Oktober 2024. Seluruh dialog dalam pertunjukan ini disampaikan dalam bahasa Kerinci dari berbagai desa. Cerita Diimba berpusat pada Mamuk Gedang, seorang kepala desa yang berambisi mencalonkan diri kembali, meski harus menghadapi persaingan dari calon lain yang dikenal memiliki reputasi kurang baik. Konflik semakin kompleks dengan keadaan istrinya yang tengah sakit, ditambah kepedihan karena anak mereka sudah bertahun-tahun tidak pulang.
Ekshibisi karya Diimba bertujuan mendukung program revitalisasi bahasa Kerinci yang sebelumnya digagas oleh Kantor Bahasa Provinsi Jambi, sekaligus memperkenalkan bahasa Kerinci kepada masyarakat luas. Selain itu, pementasan ini diharapkan dapat menjadi ajakan bagi para perantau asal Kerinci untuk berkumpul dan mempererat kembali ikatan dengan kampung halaman.
Pada Akhirnya, rangkaian kegiatan TAKAK di Taman Budaya Jambi ini berhasil menyatukan semangat belajar, berkarya, dan pelestarian budaya dalam satu perhelatan yang memperkaya wawasan dan mempererat hubungan antar generasi. Dengan dukungan program kebahasaan dan sastra yang solid, diharapkan kegiatan ini mampu menjadi langkah awal untuk menjaga identitas budaya dan terus menghidupkan tradisi di tengah perubahan zaman.