Sering Menggunakan Makian “Anjing” Tapi Asal Ngomong saja, Ini Hal yang Perlu Kamu Ketahui
Kata-kata adalah sumber kekuatan yang besar dalam membentuk persepsi dan interaksi antar individu. Kekuatan dari kata-kata itu terdapat dalam kecenderungan kita menggunakan kata-kata makian dalam percakapan sehari-hari. Salah satu kata makian yang sering muncul adalah “anjing” karena penggunaannya yang seringkali tidak disadari atau tanpa pemikiran yang mendalam.
Hal ini dapat terjadi dalam percakapan sehari-hari, seperti adanya Kebiasaan karena sering mendengar kata ini di lingkungan sosial dan tanpa pertimbangan untuk menggunakannya di masyarakat. Kemudian, ada Ekspresi Emosi sebagai bentuk cara untuk mengekspresikan perasaan mereka, dan “anjing” bisa menjadi salah satu pilihan kata untuk mengungkapkan perasaan, seperti marah. Selanjutnya, Pengaruh Media juga dapat memainkan peran dalam penggunaan kata ini, karena kata-kata kasar sering muncul dalam film, musik, atau media sosial. Terakhir, Norma Sosial juga dapat mempengaruhi penggunaan kata-kata kasar, karena dalam beberapa kelompok sosial, kata-kata kasar bisa dianggap sebagai tanda keakraban atau keberanian.
SEJARAH, DAMPAK DAN KONOTASI KATA “ANJING”
Ternyata kata makian “Anjing” ada beberapa bentuk kesejarahan yang perlu diulik. Pertama, dalam masa kolonial, kata ini sebagai bentuk ekspresi makian mengemuka karena dinilai mencerminkan penjajah di masa kolonial Belanda. Pada saat itu para noni Belanda gemar merawat anjing dan masyarakat pribumi sering menggunakan nama hewan tersebut sebagai kebencian terhadap penjajah. Selain itu, dalam Islam sendiri, anjing memiliki status khusus, yaitu dianggap sebagai najis mughallazah (najis berat), dan ada aturan khusus mengenai kontak dengan anjing. Status najis inilah yang menyebabkan bagaimana anjing diklasifikasikan sebagai binatang yang berbeda dengan yang lain, dan pada akhirnya digunakan sebagai kata makian.
Namun, perlu diingat juga bahwa bahasa itu dinamis dan selalu berkembang seiring waktu. Misalnya, dalam generasi milenial saat ini, kata “anjing” telah mengalami perluasan makna. Kata ini tidak hanya digunakan untuk mengungkapkan rasa kesal atau marah, tetapi juga bisa digunakan untuk mengungkapkan rasa kaget, kekaguman, kekecewaan, bahkan rasa lucu. Dari sini dapat dilihat bahwa kata “anjing” sering diucapkan secara spontan dan berkonotasi negatif, makna dan penggunaannya dapat berubah-ubah.
Konotasi negatif yang melekat pada makian, termasuk kata “anjing ini, dapat mempengaruhi pemaham terhadap kata-kata tersebut dan cara kita berkomunikasi. Konotasi negatif ini dapat mengasosiasikan yang tidak diinginkan atau merugikan, yang dapat mempengaruhi cara orang melihat suatu konsep atau individu. Misalnya, ketika kalian menggunakan kata ini untuk mengintimidasi, dan menguasai, jelas paling tidak sebuah tanda biru di mata ada akan berbekas, karena memiliki dampak psikologis pada pengguna dan penerimanya.
Tentunya karena sangat mudah mengakses kata ini di masyarakat masa kini di dalam komunikasi sosial, maka dapat dibilang bahwa pada akhirnya ada dampak yang sangat signifikan yang mungkin akan terjadi. Yang paling umum terjadi adalah: akan merusak hubungan antar individu dan menciptakan lingkungan yang tidak sehat, serta dapat menyebabkan konflik dan memperburuk komunikasi antar individu.
Penggunaan kata-kata ini secara berlebihan dapat membuat seorang lebih mudah emosi dan tampak kurang beretika. Ini menunjukkan bahwa kata-kata makian tidak hanya berdampak pada individu yang menjadi sasaran tetapi juga pada pengguna kata tersebut.
OPSI KATA HALUS UNTUK KATA “ANJING”
Variasi kata “anjing” dalam bahasa sehari-hari, terutama di kalangan generasi muda, telah berkembang dengan berbagai makna baru. Beberapa variasi yang umum digunakan adalah:
- Anjir: Digunakan untuk mengekspresikan kekaguman atau kejutan.
- Anjay: Sering digunakan sebagai ungkapan kagum atau bangga.
- Anjrit: Bisa digunakan untuk menunjukkan rasa kesal atau kekecewaan.
- Bjir: Variasi lain yang sering digunakan untuk mengekspresikan kekaguman atau kejutan.
- Bjing: Kadang digunakan sebagai ungkapan kekesalan.
- Njir: Sering digunakan untuk mengekspresikan kejutan atau kebingungan.
- Anj: Bentuk singkat yang digunakan dalam berbagai konteks emosi.
- Jir: Variasi singkat yang sering digunakan untuk mengekspresikan berbagai emosi.
Perluasan makna ini mencerminkan dinamika bahasa yang terus berkembang dan menyesuaikan diri dengan perubahan sosial dan budaya. Kata-kata ini sering kali digunakan dalam berbagai kondisi dan tempat, termasuk dalam lingkungan akademik. Penggunaan kata-kata ini telah menjadi bagian dari bahasa gaul dan sering kali digunakan tanpa pemikiran yang mendalam tentang konotasi aslinya.
LEBIH BAIKNYA SEPERTI INI
Saya bukan orang yang baik-baik, tapi saya juga sering mengucapkan kata makian ini dalam pertemanan, namun ada baiknya untuk perlu memahami tentang kekuatan kata-kata, karena dalam percakapan sehari-hari sering menggunakan kata makian “anjing” tanpa mempertimbangkan dampaknya. Kita perlu meningkatkan kesadaran diri tentang efek kata-kata kita. Kata-kata yang kita pilih dalam berkomunikasi dapat mempengaruhi suasana hati, persepsi, dan reaksi orang lain terhadap kita. Kata-kata makian, meskipun mungkin digunakan tanpa niat jahat, dapat menimbulkan rasa sakit atau ketidaknyamanan bagi orang lain. Dengan lebih sadar tentang bagaimana kata-kata kita mempengaruhi orang lain, kita dapat membuat pilihan yang lebih bijaksana dan empatik dalam berkomunikasi. Ingatlah, komunikasi yang efektif dan hormat bukan hanya tentang apa yang ingin kita sampaikan, tetapi juga bagaimana pesan itu diterima oleh orang lain.
Aldi Muheldi seorang manusia biasa saja yang berhasil menyelesaikan perkuliahan S2 di Univeristas Gadjah Mada