Suhu Jambi Seperti Demam, Saatnya Bagi-bagi Rezeki ke Pedagang Es!
Saya tidak tahu di daerah lain tapi di Jambi, khususnya Kota beberapa hari ini nampaknya matahari sangat setia menyinari, hal ini membuat Jambi masuk dalam cuaca ekstrem. Panas “bedengkang” yang membakar kulit harus warga Jambi nikmati di sela-sela melaksanakan aktivitas sehari-hari. Ketika berjalan menggunakan motor terasa masuk ke dalam adegan kejar-kejaran di padang pasir seperti di film Mad Max tapi Tom Hardy tidak ikut. Tapi “untung” saja aspal tidak sampai meleleh seperti gelombang panas yang terjadi di India dan memaksa pengendara di sana lebih berhati-hati. Kalau itu terjadi, pasti pemerintah daerah akan mengedarkan surat edaran untuk meliburkan kegiatan sama halnya dengan libur kabut asap.
Beberapa kali pemberitahuan di gawai saya menunjukkan suhu yang sama dengan orang mau demam, yaitu 36 derajat. Hal ini membuat saya berpikir, betapa panasnya cuaca sampai-sampai suhu udara menyerupai suhu tubuh yang sedang demam, seakan-akan alam pun ikut “sakit”
Sempat mengira beberapa hari ini Matahari kepincut singgah lebih lama di Jambi, sehingga menjadi panas begini. Tetapi hal tidaklah sepenuhnya betul, dikutip dari Jambitv.co, Nabilah Fikroh selaku Koordinator informasi dan Data BMKG, faktor yang menyebabkan fenomena panas ini karena adanya siklon tropis di utara Filipina. Tapi sekarang siklon ini mulai melemah dan pada awal November Provinsi Jambi berpotensi mengalami hujan. Salah satu alasan lain yang mungkin menjelaskan panasnya cuaca di Jambi adalah aktivitas pertambangan batu bara. Siklus pertambangan yang terus berlangsung di daerah ini diduga turut memengaruhi suhu lingkungan sekitar. Hal ini karena batubara yang dikirim melalui jalur laut (kalau di Jambi sungai) menggunakan barge (tongkang) menuju mother vessel memiliki kriteria batas suhu kargo yang diizinkan, yakni tidak melebihi 55 derajat Celcius. Sedangkan batubara merupakan material organik yang dapat mengalami reaksi oksidasi jika terpapar langsung dengan oksigen. Jadi dari sini kita dapat melihat dan mempertimbangkan bahwa batubara dapat dijadikan kambing hitam penyebab panasnya suhu jambi, selain merusak jalan.
Karena panas “bedengkang” ini juga, warga Jambi tentu tak bisa ceria-ceria saja. Keluhan soal cuaca terik ini terdengar di mana-mana—mulai dari sakit kepala, kulit yang terasa terbakar, hingga badan yang lebih mudah letih dari biasanya. Adik laki-laki saya yang baru 24 tahun bahkan ikut terkena dampaknya: panas yang tak tertahankan membuatnya sampai mimisan.
Di satu sisi, kejadian ini tidaklah terlalu buruk, karena es teh dan minum-minuman dingin menjadi sangat enak dipandang, serta lebih bagus untuk dibeli. Karena memang saat cuaca panas ini membuat masyarakat cenderung mudah merasakan haus ataupun dehidrasi. Maka daripada itu, salah satu cara untuk meminimalisir “kepanasan ini” adalah dengan cara membagikan rezeki kita kepada pedagang minuman di pinggir jalan dan ini merupakan solusi yang ditawarkan, jika kalian mempertanyakan “apa yang mesti dilakukan?”