TIDAK USAH SOK KUAT, KADANG DENGERIN LAGU GALAU JUSTRU BIKIN KITA LEBIH WARAS KARENA AKHIRNYA BISA JUJUR SAMA LUKA YANG UDAH KELAMAAN DIPENDEM.
Lagu galau, istilah yang familiar di kalangan anak muda Indonesia, merujuk pada lagu-lagu berirama sendu atau bertema patah hati. KapanLagi.com bahkan menyebut bahwa “lagu-lagu galau yang viral di media sosial mengandung lirik yang dalam banget… tentang cinta ataupun perasaan kecewa hingga sakit hati” . Lirik yang menusuk hati ini kerap membuat pendengar baper (terbawa perasaan) karena refleksi pengalaman pribadinya. Namun menariknya, beberapa riset psikologi musik menunjukkan bahwa mendengarkan lagu sedih tak melulu memicu kesedihan, melainkan bisa menjadi mekanisme koping yang membantu melepaskan emosi secara sehat. Seperti dilaporkan IDN Times, lirik-lirik sedih dari lagu galau justru “bisa bantu kamu untuk melepaskan emosi sehingga merasa lebih baik” dan membuat pikiran terasa lebih jernih. Dengan kata lain, di balik kesan melankolisnya lagu galau sering memberi ruang bagi pendengar, terutama remaja, untuk lebih jujur terhadap perasaan mereka.
Contoh Lagu Galau Indonesia dan Internasional
Banyak contoh lagu galau yang populer di kalangan remaja Indonesia. Misalnya, “Pesan Terakhir” (2021) dari Lyodra Ginting yang liriknya menggambarkan kehilangan cinta tak berbalas. Liriknya seperti “Kumencinta kau tak cinta / Tak sanggup ku terus bertahan” menunjukkan betapa seseorang berusaha ikhlas melepas orang yang tak lagi mencintainya. Lagu-lagu lain seperti “Sisa Rasa” (Mahalini), “Hingga Tua Bersama” (Rizky Febian), atau “Tutur Batin” (Yura Yunita) juga sering dinyanyikan para remaja yang galau, karena nada dan syairnya mudah meresap dalam hati.
Dari kancah internasional, salah satu contoh ikonik adalah “Someone Like You” (2011) oleh Adele. Lagu ini bercerita tentang merelakan mantan kekasih yang bahagia bersama orang lain. Liriknya yang paling terkenal, “Never mind, I’ll find someone like you / I wish nothing but the best for you, too” , menggambarkan keikhlasan yang sulit diucapkan ketika melepaskan cinta. Brilio.net bahkan mencatat bahwa bait tersebut “menggambarkan rasa ikhlas yang sulit diucapkan”, dan nada lembut Adele membuat pendengar terhanyut dalam suasana. Contoh lagu galau internasional lainnya misalnya Coldplay – “Fix You” atau Ed Sheeran – “Photograph”, yang liriknya juga sarat emosi mendalam. Lagu-lagu seperti ini sering menjadi soundtrack patah hati generasi muda karena mampu merangkum gejolak perasaan yang sulit ditulis sendiri.
Sudut Pandang Psikologi Remaja
Dari kacamata psikologi, fenomena remaja yang suka mendengarkan lagu galau sebenarnya sudah dipelajari. Penelitian Khanolkar (2024) menunjukkan bahwa mendengarkan musik dengan tema melankolis ketika galau merupakan salah satu “mekanisme koping yang populer”. Anak muda kerap menemukan kepuasan tersendiri saat mendengarkan lagu sedih dan wallowing dalam emosi yang muncul, sebagaimana terungkap: “sering terlihat pada remaja khususnya, menemukan kepuasan dalam mendengarkan lagu sedih lalu tenggelam dalam emosi pilu yang ditimbulkannya”. Artinya, meski lagunya sedih, hal itu bisa menjadi cara remaja mengakui dan mengurai perasaan sedih mereka sendiri.
Musik sedih ternyata memiliki efek katarsis (pembersihan jiwa). Dr. Michael Bonshor, ahli psikologi musik, menjelaskan bahwa generasi muda (Gen Z) kini sangat peka terhadap emosi mereka dan terbiasa menyesuaikan daftar putar dengan suasana hati. Dengan begitu mereka “bisa menyesuaikan musik dengan suasana hati mereka… dan mengalami katarsis bernyanyi bersama seseorang”. Artinya, remaja menggunakan lagu galau untuk menyalurkan perasaan—seperti bercerita pada diri sendiri lewat lagu. Huron (2015) pun menegaskan hal serupa; ia mencatat bahwa mendengarkan musik sedih sering membawa manfaat psikologis seperti regulasi suasana hati dan munculnya rasa empati. Mendengarkan lagu yang “menyedihkan” memang bisa membuat seseorang lebih tenang karena dianggap aman (non-ancaman) secara emosional, serta menimbulkan pemrosesan reflektif atas peristiwa-peristiwa kehidupan. Dengan kata lain, saat rasa sedih hinggap, lagu galau membantu remaja mengurai emosi mereka dan merasa dipahami.
Selain itu, musik galau juga menjadi media “ekspresi emosional dan introspeksi” yang dalam bagi remaja. Seperti dikatakan Khanolkar dkk., sejak zaman kuno seni duka (sad art) memang dipakai sebagai sarana mengekspresikan emosi negatif. Begitu pula di era modern ini, lagu-lagu sedih muncul sebagai “kanal yang dalam untuk ekspresi emosional dan introspeksi pribadi” terutama di saat-saat kepedihan. Dengan kata lain, remaja dapat berintrospeksi pada diri mereka sendiri lewat lirik yang jujur dan nada yang menyentuh, sehingga lebih memahami apa yang mereka rasakan.
Lagu Galau dalam Budaya Pop dan Media Sosial
Kehadiran media sosial dan platform streaming membuat lagu galau semakin melekat dengan identitas generasi muda. Banyak lagu galau menjadi viral di TikTok dan Instagram, sering dipakai sebagai backsound video cerita hati. KapanLagi mencatat bahwa “lagu galau yang viral di media sosial seringkali digunakan sebagai backsound” konten pengguna karena mampu “mewakili perasaan kalian yang tengah bersedih dan patah hati”. Misalnya, segmen video galau atau #fyp TikTok kerap disertai potongan lirik lagu sedih—ini menandakan generasi muda tidak hanya mendengar, tetapi juga membagikan perasaan lewat lagu tersebut.
IDN Times juga melaporkan tren ini: pengguna TikTok tiba-tiba mendengar “backsound viral yang bikin galau” saat scroll video. Uniknya, lirik penuh makna ini relate dengan suasana hati yang kacau, sehingga banyak orang merasa lega setelah mendengarkan lagu tersebut. Generasi Z dianggap sangat reflektif dan mencari rasa kebersamaan. Dr. Bonshor menyatakan bahwa Gen Z “cenderung sangat reflektif… mereka ingin merasakan kebersamaan, jadi mendengarkan musik yang merefleksikan suasana hati mereka tidak akan berhenti”. Dengan kata lain, lagu galau menjadi soundtrack emosional yang mengumpulkan pengalaman perasaan anak muda. Lagu-lagu sedih ini bukan hanya hiburan, tetapi sudah menjadi bagian dari gaya hidup dan identitas emosi, baik lewat playlist pribadi maupun media sosial yang ramai dengan tantangan atau story galau menggunakan lagu favorit.
Cerita Pribadi dan Koneksi Emosional
Bagi banyak anak muda, lagu galau terasa seperti cerita mereka sendiri yang tersampaikan. Lirik lagu galau sering ditulis sangat personal dan jujur, sehingga pendengarnya merasa terhubung secara emosional. Misalnya, penulis Brilio.net menyoroti bagaimana Adele berhasil menyampaikan kisah pribadinya dengan sangat tulus lewat “Someone Like You”, membuat “pendengar merasa terhubung secara emosional” dengan lirik lagu tersebut. Lagu sederhana dengan lirik kuat seperti itu terbukti mampu menyentuh hati jutaan orang karena kebanyakan pendengar merasakan nyaris sama – merelakan cinta sambil belajar ikhlas. Hal serupa berlaku di dunia musik Indonesia; banyak remaja mengaku menangis tersedu setelah mendengarkan bait lagu yang benar-benar menggambarkan isi hati mereka. Dengan mendengarkan dan bernyanyi bersama lagu kesukaan, mereka seolah mendapat izin untuk mengakui kesedihan itu.
Selain itu, pengalaman bersama lagu galau pun sering muncul. Banyak remaja membuat video curhat di TikTok atau Instagram dengan latar lagu galau kesukaan, atau menggunakan kutipan lirik sedih di story WhatsApp. Ungkapan-ungkapan dari komentar dan unggahan menunjukkan bahwa lewat lagu-lagu ini, mereka merasa lebih mampu “mendekat” dan mengenali emosi terdalam. Seperti yang ditulis oleh Brilio.net, kesuksesan lagu galau membuktikan bahwa musik dengan lirik kuat dapat menyentuh hati banyak orang. Pendengar merasa lagu tersebut memahami luka mereka.
Secara keseluruhan, meskipun awalnya dianggap hanya bikin baper, lagu galau justru membantu anak muda berhadapan dengan perasaannya secara jujur. Mereka belajar merapikan kesedihan, menemukan katarsis, dan bahkan berpikir lebih jernih setelah melewati lirik-lirik patah hati itu . Dari yang awalnya hanya menjadi hiburan sendu, kini lagu galau telah menjadi medium ekspresi diri dan pengembangan emosional bagi generasi muda – pengingat bahwa menangis dan sedih itu wajar, sekaligus pelipur lara yang meyakinkan bahwa kamu tidak sendiri.