Puisi-puisi Aldiu Maulana
Penulis: Aldiu Maulana, akrab disapa Diu, adalah mahasiswa Sastra Indonesia di Universitas Jambi. Ia merupakan anak laki-laki kedua dari tiga bersaudara. Kisah hidupnya kerap ia tuangkan dalam puisi, terutama tentang pengalaman menjadi anak tengah yang berada di antara bayang-bayang sang abang sekaligus dituntut menjadi teladan bagi sang adik.
KHAYALAN
Seperti biasa nya kopi keseduh dengan nikmat
Di pagi hari ini aku duduk dengan khitmat
Mereka yang lalu Lalang kini menyapaku dengan hormat
Bukan tanpa sebab melainkan aku seorang pejabat
Mungkin memakai uang rakyat untuk Hasrat
Akan menajadi akibat untuk akhirat
Tapi, apalah akhirat bila di garasi lexus terparkir akurat
Haha seperti biasa
Khayalan dari seorang pengangguran
Setidaknya ritual menjaga kewarasan
Atau justru mempercepat kegilaan?
Tapi disitulah letak asiknya
PERLOMBAAN
Tumbang dan mati di malam hari
Semua bersorak sorai di malam yang sunyi
Ntah berapa kali aku melakukan ini
Yang pasti ini sering terjadi
Hidup memang bukan perlombaan
Tapi kenapa aku selalu merasa tertinggal
Bahkan merasa seisi bumi sedang menertawakan
Yang masuk di kuping yang keluar darah
Yang masuk di mata yang tertusuk di kepala
Umur sudah di kepala dua
Dan aku berlomba dengan bayang bayang mereka
PENGHARGAAN
Lemari yang terisi
Oleh satu piala, dua plakat, dan tiga piagam
Di satu sisi yang ku ingin
Tiga kata semangat , dua kehangatan dan satu apresiasi
Aku sadar aku tak pernah menang
Perihal kejadian itu
Tubuh ku kaku terdiam saat mengalungi medali emas
Aku tegak di podium yang bertuliskan satu
Yang berarti sendiri
Sedangkan dua berarti Bersama
KURANGKU SEMPURNA
Aku hanya ingin dilihat indah
Bagai daun kering di musim gugur
Bagai secucur air di padang gurun
Namun, hadirku hanya menyusahkan
Bayangku menghalangkan
Sehingga pergiku yang diinginkan
19 tahun hidup berjalan yang dipenuhi pembelajaran
Berulang kali kesalahan kulakukan
Lantas ku bertanya,
Apa tujuan tuhan menciptakan ku atau,
Apa yang meyakinkan tuhan menciptakan ku?
IKAN DAN LAUTAN
Saat kita meluangkan waktu Bersama
Bergurau Bersama
Kau mengatakan “aku ingin menajadi ikan”
Disaaat itu pula aku berdoa kepada tuhan
Agar dijadikanku sebuah lautan