Majang Puto Hadir di Kebun Kriya Vol. 3: Ruang Kreatif Anak Muda Jambi
Penulis: Khairul Ni’mah adalah seorang alumnus Sastra Indonesia yang kini bergiat di dunia pendidikan dan teater. Ia berprofesi sebagai guru sekaligus aktif berkarya bersama Teater AiR, Jambi. Menulis, mengajar, dan berteater menjadi ruang belajar tanpa henti baginya—sekaligus jalan untuk terus bertumbuh dan memberi kebermanfaatan, khususnya bagi anak-anak dan generasi muda.
Pada 30–31 Agustus 2025, Kebun Kriya Vol. 3 kembali hadir di Kopi Broyet, Jambi. Gelaran ini bukan sekadar ruang pameran, tetapi juga wadah pertemuan ide-ide kreatif, dari komunitas seni hingga pelaku UMKM lokal. Para pengunjung dimanjakan dengan ragam suguhan—mulai dari pameran foto, kerajinan tangan, hingga jajanan hits yang menambah hangat suasana.
Salah satu yang menarik perhatian kali ini adalah kehadiran komunitas Majang Puto. Komunitas yang lahir pada tahun 2022 ini digagas oleh tiga anak muda Jambi: Dedy Supriyansyah, Alfi Syahri, dan Rian Indra Eftritianto. Dua fotografer berkolaborasi dengan seorang museolog, menghasilkan pendekatan unik yang menggabungkan kepekaan visual dengan kedalaman narasi.
Sejak berdiri, Majang Puto telah menorehkan jejak kreatifnya dengan menggelar delapan pameran. Tahun 2025 menjadi puncak produktivitas mereka, dengan empat kali pameran berkolaborasi bersama berbagai pihak: di lobi Gedung SSL Universitas Jambi, Yellow Hotel Jambi, Desa Air Hitam Laut (Tanjab Timur) dalam kegiatan Kemah Budaya, hingga berpartisipasi dalam Kebun Kriya Vol. 3 kali ini.
Rian, salah satu pendiri Majang Puto yang ditemui di Kopi Broyet, mengungkapkan harapannya: “Semoga Majang Puto bisa mengarungi pulau Sumatera dan terus semangat melegitimasi komunitas ini,” ujarnya.
Dalam pameran kali ini, Majang Puto menampilkan karya bertema arsitektur—bangunan kuno peninggalan sejarah yang ada di Indonesia, termasuk di Jambi. Melalui sudut pandang kamera, mereka mencoba menghadirkan percakapan antara masa lalu dan masa kini, seakan gambar menjadi jembatan yang tak hanya bercerita, tetapi juga mengajak publik merenung.
Pengunjung yang datang mengaku merasakan pengalaman berbeda. Selain menikmati karya visual, mereka juga bisa bersinggungan langsung dengan atmosfer kreatif yang dihadirkan oleh UMKM dan seniman lain “Rasanya seperti festival kecil yang penuh energi. Tidak hanya melihat foto, tapi juga bisa ngobrol, mencicipi kuliner, dan mengenal produk lokal Jambi,” ujar salah satu pengunjung.
Kebun Kriya Vol. 3 menunjukkan bahwa ruang kolaborasi kreatif sangat dibutuhkan di Jambi. Ia tidak hanya mempertemukan seniman dengan publik, tetapi juga menyatukan komunitas, pelaku UMKM, dan pegiat budaya dalam satu wadah. Kehadiran Majang Puto memperkaya narasi ini, dengan karya visual yang semakin mendekatkan masyarakat pada kebudayaan dan kehidupan sosial Jambi.
Ke depan, Majang Puto diharapkan terus berkembang dan semakin kreatif dalam merangkum wajah Jambi lewat lensa kamera. Foto yang mereka hadirkan tak sekadar visual, tetapi juga dibalut dengan narasi yang mampu menambah pengalaman penikmatnya. Meski setiap orang bebas menafsirkan karya, narasi membantu sebagian pengunjung menemukan makna lain di balik gambar. Selain itu, ruang diskusi yang lebih intens juga bisa memperkaya proses bertukar pikiran antara seniman dan audiens, sehingga karya yang lahir bukan hanya dipajang, tetapi juga benar-benar hidup dalam percakapan.
Dengan begitu, Majang Puto dan ruang-ruang kreatif seperti Kebun Kriya dapat menjadi jendela yang mengenalkan Jambi ke masyarakat luas, sekaligus memperkuat ekosistem seni dan budaya di daerah ini.