Puisi-puisi Ilham Wiji Pradana
Rumah Kecil
Impianku
Ialah punya rumah kecil
yang tampak sederhana.
Setiap pagi bisa membuka pintu,
melihat bunga mekar di halaman rumah.
Dan mendengar burung-burung kecil di sangkar berkicau.
Sore hari,
sepulang kerja.
Rumah terbuka dengan senyum ibu.
Kopi buatan ayah.
Hanya itu,
impian-impian kecil.
(2025)
Jendela
Setalah subuh,
jendela rumah dibuka dengan pelan.
Air sisa-sisa,
gerimis di genting menetes pelan ke rumput.
Dari jendela,
ibu sedang di sumur, menimba air.
Pohon jambu, menjatuhkan bunga
Serangga mulai menyesap madu.
Sedang, ibu mulai menanak nasi dengan lihai.
(2025)
Tempat Sederhana untuk Membuat Puisi
1//
Ukurannya hanya 3 X 5 meter
Di tembok, sebelah kanan
ada setumpuk buku sastra.
Sebalah kiri,
ada menu minuman
yang disuguhkan untuk tamu,
untuk membicarakan beragam puisi.
2//
Di tempat itu,
Beragam puisi
tentang cinta, rindu telah ditulis.
“haduh pusing, puisiku bulan ini tak terbit di halaman Koran,”
(2025)
Sudah Malam Lagi
1//
O,
Sudah malam lagi.
Hari penuh lelah.
Mikir ini dan itu.
2//
O,
Waktunya istirahat.
Mata sudah menggantung.
Telinga sudah buntu.
3//
Tak bisa tidur.
Angin hanya memeluk daun.
Daun jatuh.
Tersesat diantara semak-semak sebelah rumah.
4//
Sudah hampir subuh
Pada akhirnya, malam akan tiba kembali.
(2025)
Sore Hari Melihat Orang Berjalan dengan Lelah
Sore yang mendung
Orang-orang berjalan di atas jembatan
dengan gelisah.
Angin hanya diam dan tenang.
Burung terbang,
dengan kekhawatiran
hinggap & memeluk anaknya.
Suatu sore yang medung itu.
Para petani
dengan wajah lelah
& penuh keluh kesah.
Padi lenyap akibat banjir.
(2025)